Kekeringan di Pulau Jawa
Kekeringan di Pulau Jawa
Kekeringan di Pulau Jawa tahun 2023 dilaporkan pertama kali pada bulan Mei di beberapa daerah di Kabupaten Cilacap dan Bogor. Sebelumnya, BMKG memprediksi El Nino, sebuah fenomena pemanasan Samudera Pasifik tropis bagian Tengah dan timur, mulai terjadi di bulan Juni dengan dampak kekeringan meluas pada bulan Juli. Pada bulan Juni, jumlah kejadian kekeringan meningkat (13 laporan kejadian) dan semakin meningkat pada bulan Juli dan Agustus dengan total 34 laporan kejadian. Hal tersebut telah diprediksi sebelumnya oleh BMKG yang menyatakan bahwa puncak musim kemarau ada di bulan Agustus.
Menurut Peta Risiko dan Peta Bahaya wilayah terdampak kekeringan di Pulau Jawa yang diambil dari InaRisk, sebagian besar wilayah di Pulau Jawa terutama pada wilayah-wilayah yang terdampak kekeringan tersebut termasuk kategori indeks risiko dan indeks bahaya sedang hingga tinggi. Ditambah dengan El Nino yang melanda Pulau Jawa, maka besar kemungkinan sebagian wilayah di Pulau Jawa mengalami kekeringan.
Pada bulan Agustus 2023, Kekeringan melanda beberapa daerah di Pulau Jawa, antara lain Kota Serang di Provinsi Banten. Pada Provinsi Jawa Barat antara lain kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Subang, Kota Sukabumi, Kab. Garut, Kab. Ciamis, dan Kab. Cirebon. Di Jawa Tengah, kekeringan juga melanda sejumlah wilayah antara lain Kab. Tegal, Kab. Banyumas, Kab. Cilacap, Kab. Purworejo, Kab. Magelang, Kab. Temanggung, Kab. Batang, Kab. Kendal, Kota Semarang, Kab. Semarang, Kab. Grobogan, Kab. Blora, Kab. Sragen, Kab. Klaten. Sedangkan di Jawa Timur, kekeringan melanda wilayah Pamekasan, Kab. Situbondo, Kab. Bondowoso, dan Kab. Jember. Wilayah D.I. Yogyakarta juga mengalami kekeringan di Kabupaten Gunung Kidul.
Selain memiliki indeks risiko dan indeks bahaya dengan kategori sedang hingga tinggi, El Nino cukup berperan dalam membuat wilayah Jawa memiliki curah hujan yang sangat rendah. Berdasarkan Monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut-turut yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagian wilayah di Pulau Jawa memiliki jumlah hari tanpa hujan dengan kategori panjang hingga ekstrem Panjang. El Nino menjadi penyebab panjangnya hari tanpa hujan di Pulau Jawa yang mengakibatkan rendahnya bahkan hampir tidak ada hujan yang turun. Sangat rendahnya curah hujan tersebut menyebabkan menurunnya pasokan air sehingga terjadi kekeringan di berbagai wilayah.
sumber : BMKG
Selama lima tahun terakhir, Pulau Jawa memiliki trend kejadian kekeringan yang cukup fluktuatif. Selama lima tahun terakhir ini, tahun 2018 merupakan tahun dengan kejadian bencana tertinggi dengan 130 kejadian. Kekeringan mengalami sediki penurunan di tahun 2019 dengan 123 kejadian kekeringan di Pulau Jawa. Kekeringan mengalami penurunan yang sangat signifikan di tahun 2020 dengan hanya 26 kejadian dalam satu tahun. Kekeringan terus turun hingga tahun 2022, dengan 15 kejadian bencana kekeringan di tahun 2021 dan 4 kejadian bencana kekeringan di tahun 2022. Data BNPB hingga bulan Agustus mencatat bencana kekeringan Kembali naik cukup tinggi di tahun 2023 dengan 49 kejadian.
Tren kejadian bencana kekeringan di Pulau Jawa (2018-2023*)
Menurut Grafik korban terdampak yang menggambarkan korban terdampak dan mengungsi akibat bencana kekeringan di Pulau Jawa, terlihat bahwa jumlah korban terdampak berbanding lurus dengan jumlah kejadian pada tahun tersebut. Di tahun 2018 dengan jumlah kejadian tertinggi selama lima tahun terakhir, mengakibatkan jumlah korban terdampak dan mengungsi terbanyak dengan 7.798.763 jiwa. Jumlah orang terdampak dan mengungsi turun di tahun 2019 dengan 3.872.358 jiwa. Korban terus turun dari tahun ke tahun, pada tahun 2020 sebanyak 1.607.870, sebanyak 95.207 di tahun 2021. Pada tahun 2022 korban terdampak dan mengungsi akibat bencana kekeringan di Pulau Jawa menjadi tahun dengan dampak terendah dengan 13.231 jiwa. Korban Kembali naik di tahun 2023 dengan 428.749 jiwa terdampak dan mengungsi.
Grafik korban terdampak dan mengungsi akibat bencana kekeringan di Pulau Jawa (2018-2023*)
Dampak kekeringan selain pada manusia, banyak menimpa sawah dan kebun. Pada tahun 2018, kebun yang terdampak kekeringan di Pulau Jawa seluas 16.189 Ha. Di tahun 2019, kekeringan membuat 22.315 Ha sawah terdampak. Sepanjang tahun 2020 hingga 2022, tidak ada sawah maupun kebun yang tercatat menjadi korban kekeringan di Pulau Jawa. Tahun 2023, data di bulan Agustus mencatat 980 Ha sawah dan 22 Ha kebun menjadi korban kekeringan.
Grafik bencana kekeringan per Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2023
Hingga 27 Agustus 2023, kekeringan melanda lima dari enam provinsi yang ada di Pulau Jawa. Jawa Tengah, dengan kejadian tertinggi tahun ini mengalami 24 kejadian bencana kekeringan dengan 54.012 jiwa terdampak. Jawa Barat, di posisi tertinggi kedua sebanyak 18 kejadian kekeringan dengan jumlah korban 106.005 jiwa terdampak. Jawa Timur dengan 5 kejadian kekeringan, mengakibatkan korban terdampak tertinggi dengan 223.272 jiwa. Banten hanya mengalami 1 kali kekeringan dengan 2.304 jiwa terdampak. D.I. Yogyakarta juga mengalami satu kali kekeringan dengan jumlah korban terdampak sebanyak 43.156 jiwa. Sedangkan DKI Jakarta, tidak tercatat mengalami kekeringan di tahun ini.
Pantauan Kekeringan di Jawa Barat
Di Jawa Barat, 38.068 KK terdampak kekeringan yang tersebar di 12 Kabupaten dan Kota dan 37 Kecamatan. Upaya yang dilakukan BPBD Provinsi Jawa Barat antara lain dengan berkoordinasi dengan BPBD dan DPKPB Kab/Kota di seluruh Jawa Barat. BPBD Kab/Kota sudah melakukan Upaya pemberian air bersih kepada warga Masyarakat bekerja sama dengan instansi terkait serta PDAM setempat. Jumlah air yang telah tersalurkan sebanyak 622.500 liter. BPBD Kab/Kota juga berkoordinasi dengan instansi terkait dampak kekeringan pada lahan pertanian. Selain itu, BPBD Kab/Kot terus berkoordinasi dalam memberikan informasi lebih lanjut dan pendataan dalam penanganan kekeringan selanjutnya.
Pantauan Kekeringan di Jawa Tengah
grafik rekap jumlah desa terdampak kekeringan Kabupaten/Kota di Wilayah Jawa Tengah Tahun 2023
Menurut data dari BPBD Jawa Tengah Sebanyak 414 Desa terdampak kekeringan di Provinsi Jawa Tengah. Desa tersebut tersebar di 29 Kabupaten dan Kota yaitu 30 desa di Kab. Cilacap, 14 desa di Banyumas, 12 desa di Purbalingga, 11 desa di Banjarnegara, 3 desa di Kebumen, 10 desa di Purworejo, 10 desa di Magelang, 13 di Boyolali, 10 desa di Klaten, 2 desa di Sidoarjo, 16 desa di Sragen, 71 desa di Grobogan, Blora dengan 87 desa menjadi daerah paling terdampak kekeringan di Jawa Tengah. Selanjutnya, 7 desa di Rembang, 28 desa di Pati, 1 desa di Kudus, 2 desa di Jepara, 18 desa di Demak, 7 desa di Kab. Semarang, 10 desa di Temanggung, 1 desa di Kendal, 1 desa di Batang, 4 desa di Pekalongan, 13 desa di Pemalang, 10 desa di Kab. Tegal, 9 desa di Brebes, 4 desa di Kota Salatiga, 7 desa di Kota Semarang, dan 3 desa di Kota Tegal.
Sebanyak 12.970.300 liter air telah didistribusikan di berbagai Kabupaten dan Kota yang terdampak kekeringan di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten dan Kota target distribusi air tersebut antara lain Kab. Cilacap, Kab. Banyumas, Kab.Purbalingga, Kab.Banjarnegara, Kab.Kebumen, Kab.Purworejo, Kab.Magelang, Kab.Boyolali, Kab.Klaten, Kab.Sukoharjo, Kab.Sragen, Kab.Grobogan, Kab.Blora, Kab.Rembang, Kab.Pati, Kab.Kudus, Kab.Jepara, Kab.Demak, Kab.Semarang, Kab.Temanggung, Kab.Kendal, Kab.Batang, Kab.Pekalongan, Kab.Pemalang, Kab.Tegal, Kab.Brebes, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Salatiga.
Pantauan Kekeringan di Jawa Timur
Guna mengatasi dampak kekeringan, Provinsi Jawa Timur telah mengirimkan bantuan air bersih di 19 Kabupaten dan Kota. Kabupaten dan Kota tersebut antara lain Kab. Tuban, Kab. Bojonegoro, Kab.Ponorogo, Kab.Nganjuk, Kab.Trenggalek, Kab.Tulungagung, Kab.Blitar, Kab.Gresik, Kab.Mojokerto, Kab.Lamongan, Kab.Pasuruan, Kab.Probolinggo, Kab.Bangkalan, Kab.Sampang, Kab.Pamekasan, Kab.Situbondo, Kab.Bondowoso, Kab.Jember, Kab.Sumenep.
Upaya BNPB dalam mengatasi kekeringan di Pulau Jawa
Upaya dalam menghadapi bencana kekeringan selama musim kemarau Tahun 2023, BNPB menghimbau agar warga melakukan perbaikan lingkungan dengan menanam pohon, membangun atau merehabilitasi jaringan irigasi, konservasi air, serta melakukan perlindungan kepada sumber air bersih yang tersedia. BNPB bersama BPBD mendistribusikan air bersih di beberapa wilayah terdampak kekeringan di Pulau Jawa. Selain kekeringan, musim kemarau tahun ini dapat memicu terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla). BNPB melalui satuan tugas udara melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca di beberapa wilayah yang berpotensi terjadi kebakaran hutan dan lahan. BNPB menyiagakan 2 helikopter untuk patroli dan 3 heli untuk water bombing berkapasitas 4.000 liter air. Selain kebakaran hutan dan lahan, kekeringan juga menimbulkan polusi udara seperti di Jakarta. BNPB bersama TNI, BRIN, dan BMKG melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk memancing hujan dalam menekan polusi udara yang terjadi di Jakarta. Dalam menekan polusi udara di darat. Polri dan Damkar melakukan spraying air dijalan raya.